Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara Indonesia. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia tentu penting bagi kita untuk mampu menguasai bahasa Indonesia. Sama halnya seperti TOCFL dan TOEFL, Indonesia juga memiliki uji kemahiran bahasa yang serupa, yaitu Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia atau yang bisa disebut UKBI.
Demi melatih kemahiran berbahasa Indonesia, Senin, 30 September 2024 siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi mengikuti kegiatan sosialisasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia pada pukul 08.50 WIB di Aula Gedung C lt. 2. Setelah para siswa telah berkumpul di aula, acara pun diawali dengan kalimat pembuka dan doa yang dipimpin oleh Ibu Novika, selaku kesiswaan SMK Cinta Kasih Tzu Chi. Kemudian, Ibu Novika mempersilakan pembicara pada sosialisasi ini untuk maju ke depan. Materi dalam sosialisasi ini dipaparkan langsung oleh Ibu Yanti, perwakilan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ibu Yanti memulai sosialisasi dengan pengenalan struktur organisasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terlebih dahulu. Lalu, beliau menguraikan empat kemahiran yang dilatih dalam Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, yaitu mendengarkan (listening), membaca (reading), menulis (writing), dan berbicara (speaking). Berikut penjelasan singkat dari masing-masing seksi tersebut.
- Mendengarkan: menguji kemampuan memahami dan merespons informasi yang didengar.
- Membaca: menguji kemampuan memahami dan menafsirkan teks tertulis.
- Menulis: menguji kemampuan menyusun dan mengekspresikan ide atau informasi secara tertulis.
- Berbicara: menguji kemampuan menyampaikan pikiran, ide, atau informasi dengan jelas dan efektif dalam bahasa Indonesia.
Setelah menjelaskan tahap-tahap dalam Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, beliau membentuk minat para siswa dengan penjelasan ranah dari komunikasi. Komunikasi memiliki empat ranah, yaitu dalam sintas, sosial, vokasional, dan akademik. Sintas atau yang biasa kita kenal sebagai bertahan hidup, berkaitan erat dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal sosial, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Tak hanya penting di kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia juga digunakan dalam kebutuhan keprofesionalan dan keilmiahan.
Ibu Yanti kembali melanjutkan pembahasan dengan membahas mengenai UKBI Adaptif. UKBI Adaptif merupakan sarana Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam bentuk digital. UKBI terdiri dari lima seksi uji, yaitu mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara.
- Mendengarkan: soal dalam bentuk dialog dan monolog (40 soal).
- Merespons Kaidah: soal dalam bentuk memilih opsi pengganti untuk bagian yang salah (25 soal).
- Membaca: soal dalam bentuk wacana (40 soal).
- Menulis: soal perintah untuk menulis dengan ketentuan minimal kata tertentu.
- Berbicara: diberikan waktu 7 menit persiapan dan 3 menit merekam.
Kemudian, beliau menjelaskan predikat dan skor dalam UKBI yang terdiri dari Predikat Istimewa (skor 725-800), Predikat Sangat Unggul (skor 641-724), Predikat Unggul (skor 578-640), Predikat Madya (skor 482-577), Predikat Semenjana (skor 405-481), Predikat Marginal (skor 326-404), dan Predikat Terbatas (skor 251-325). Ibu Yanti juga menjelaskan bahwa dalam UKBI Adaptif, jumlah soal dan uji berbeda sesuai estimasi kemampuan. Pada tahap awal akan diberikan teslet lima soal yang akan menentukan jenis teslet uji selanjutnya. Jika peserta uji berada dalam jenjang teslet yang setara dua kali berturut-turut, tes akan berhenti untuk peserta tersebut.
UKBI Adaptif memiliki keunggulan yang menguntungkan peserta uji, seperti bisa dipercaya, mampu mengukur kemampuan dari yang terendah hingga tertinggi, dan memiliki jumlah soal yang berbeda tergantung kemampuan. Tak hanya mengasah kemampuan berbahasa saja, UKBI juga memiliki berbagai macam manfaat lainnya yang dibagi menjadi tiga, yaitu manfaat praktis, manfaat elitis, dan manfaat ideologis.
- Manfaat praktis yang berarti bahwa UKBI memudahkan akses ke jenjang pendidikan selanjutnya, pemenuhan syarat beasiswa, syarat keberhasilan pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional, syarat kelulusan, bahkan syarat bekerja.
- Manfaat elitis yang menjelaskan bahwa UKBI digunakan sebagai saringan untuk mendapatkan SDM yang unggul.
- Manfaat ideologis, yaitu UKBI sebagai penguat beberapa karakter pelajar yang diharapkan terdapat dalam pelajar Pancasila.
Sosialisasi pun diakhiri dengan penjelasan mengenai petunjuk dalam pengerjaan setiap seksi yang disampaikan oleh Bapak Tomi, selaku pembicara yang juga berasal dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Namun, sebelum kembali ke kelas masing-masing, para siswa diarahkan untuk mengeluarkan kotak makan dan berbaris untuk mengambil konsumsi. Seperti biasa, sebelum memulai kegiatan makan, para siswa dipersilakan untuk berdoa terlebih dahulu. Setelah selesai menikmati konsumsi, para siswa diarahkan untuk berbaris dan berjalan rapi menuju kelas masing-masing.