Pada Jumat, 22 April 2022, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengadakan seminar moderasi
beragama untuk para siswa yang beragama Kristen dan Katolik dengan tema “Memaknai Paskah dalam Moderasi Beragama di Indonesia”. Seminar diadakan di Aula Gedung C lantai 2, siswa diarahkan untuk berkumpul di aula pukul 09.20 WIB dan dimulai pada pukul 09.45 WIB. Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu “Bahasa Cintaku” sebagai pembuka dilanjutkan dengan penghormatan kepada master, doa bersama, menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, dan menyanyikan mars sekolah. Sebelum masuk ke dalam pemaparan materi, Bu Betty selaku wakil direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi memberikan kata sambutan kepada peserta seminar yang hadir. Lalu pembacaan profil pemateri oleh Pak Timothy selaku host.

Materi pertama disampaikan oleh Romo Agustinus Hery dengan tema “Moderasi Beragama Perspektif Ajaran Gereja Katolik”. Romo menjelaskan tentang pengertian moderasi secara umum dan moderasi secara agama, lalu menyampaikan kesimpulan dari moderasi beragama yang maksudnya adalah cara pandang, sikap, praktik beragama yang menjunjung tinggi martabat manusia, mengusahakan kemaslahatan umat manusia, dengan prinsip adil, seimbang dan taat konstitusi dalam kehidupan beragama. Romo juga menambahkan sembilan kata kunci yang dapat mewujudkan moderasi beragama berdasarkan perspektif Katolik, yaitu:

  • kemanusiaan;
  • kebaikan umum;
  • adil;
  • berimbang;
  • taat konstitusi;
  • komitmen kebangsaan;
  • toleransi;
  • anti kekerasan;
  • penghormatan kepada tradisi.


Setelah pemaparan materi oleh Romo Agustinus Hery selesai, dilanjutkan oleh pendeta muda Chandra Julianto. Pdm. Chandra membawakan materi dengan tema “Moderasi Beragama di Indonesia” beliau menjelaskan terlebih dahulu tentang moderasi beragama yang memiliki arti sebagai sikap mengurangi kekerasan atau menghindari keekstreman (radikalisme) dalam praktik beragama. Beliau juga menambahkan bahwa agama itu diharapkan menjadi dasar dan prinsip jalan tengah yang menyatukan semua kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia.
Beliau mengatakan bahwa kita harus menemukan cara untuk saling merangkul agar agama itu tidak menjadi isu yang membuat kita terpecah belah. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

  • rukun;
    saling menghargai
  • kesetaraan;
  • tidak saling menjelekkan;
  • tidak saling menghalangi ekspresi iman masing-masing;
  • tidak saling menekan satu sama lain dalam isu mayoritas vs minoritas.

Sesuai tema, Pdm. Chandra juga menjelaskan tentang cara memaknai paskah dalam moderasi beragama. Terdiri dari 3 cara, yaitu:

  • membela kebebasan beragama sesuai dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa dan bukan hanya membela ketika iman kita yang ditekan, tetapi juga ketika iman lain yang ditekan;
  • hormati agama dan tokoh agama;
  • tunjukan teladan melalui cinta kasih bukan hanya kepada orang Kristen tapi kepada semua orang.


Materi yang dibawakan oleh Pdm. Chandra diakhiri dengan membaca ayat Yohanes 13:35 bersama-sama. Seminar dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Pak Purwanto selaku kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi dengan tema “Membangun Praktik Moderasi Beragama di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi”. Pak Purwanto mengutip perkataan dari Profesor Al Makin yang berisi “Sejauh mana Anda mempunyai toleransi terhadap orang lain, sejauh mana kualitas moderasimu? Hal ini sangat ditentukan dari seberapa banyak temanmu yang berbeda agamanya denganmu”.
Selanjutnya, Pak Purwanto menyampaikan beberapa kegiatan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang mencerminkan moderasi beragama. Salah satunya adalah pendidikan Budaya Humanis, di mana kita diajarkan untuk memanusiakan manusia untuk menjadi lebih manusiawi dan juga mencintai lingkungan di sekitar. Beliau juga menyampaikan beberapa perilaku pelatihan Budaya Humanis di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, seperti:

  • kegiatan pembelajaran pendidikan agama sesuai dengan agamanya;
  • Jumat ibadah sesuai dengan agamanya;
  • perayaan hari besar keagamaan;
    hormat kepada orang lain dengan cara
  • membungkukkan badan;
  • satu hari, satu kebajikan;
  • bersumbangsih;
  • umat mencium salib Yesus.

Pak Purwanto juga menambahkan, bahwa tidak ada salahnya jika kita menghormati master dengan membungkukkan badan karena dengan cara tersebut kita semakin menunjukkan kemanusiawian. Materi dari Pak Purwanto diakhiri dengan menonton video tentang kesaksian seorang peneliti dari Universitas Indonesia yang meneliti Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sebagai sekolah yang bermoderasi agama.

Pemaparan materi telah selesai, seminar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, peserta dipersilakan untuk menuliskan pertanyaan pada selembar kertas yang akan dikumpulkan oleh para guru lalu diserahkan kepada Pak Timothy. Pertanyaan yang telah terkumpul akan dibacakan oleh Pak Timothy dan dijawab oleh Romo Agustinus Hery, Pdm. Chandra, dan Pak Purwanto. Pertanyaan pertama diberikan kepada Romo Agustinus Hery, lalu dilanjutkan oleh Pdm. Chandra, dan yang terakhir oleh Pak Purwanto. Seminar ditutup dengan pesan yang disampaikan oleh Pak Timothy.

Social Share

Jesen

Leave a Comment