Tzu Shao merupakan acara rutin yang diadakan oleh SMK Cinta Kasih Tzu Chi setiap bulannya dan pada kali ini acara Tzu Shao dilaksanakan pada Sabtu, 24 September 2022 dengan tema “Membuat Prestasi serta Menciptakan Kreatifitas dan Inovatif dalam Pengembangan Karakter Diri”. Tzu Shao dilaksanakan secara offline pada pukul 07.30 WIB di Aula Gedung C lantai 2. Sebelum mengikuti acara Tzu Shao, para siswa diwajibkan untuk mengisi daftar hadir yang telah disediakan terlebih dahulu.
Tepat pada pukul 08.00 WIB, acara Tzu Shao telah dimulai dan dipimpin oleh Gege Kenneth selaku MC. Acara diawali dengan berdoa dan memberi penghormatan kepada master. Setelah itu, semua siswa dan guru menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengucapkan ikrar Tzu Shao, menyanyikan Mars Tzu Shao dan menyaksikan video kilas balik Tzu Shao Agustus. Sesi pembukaan telah selesai, acara dilanjutkan dengan Ice Breaking yang dipimpin oleh Shigu Margaretta yang dimenangkan oleh “Kelompok Toleransi”.
Setelah Ice Breaking selesai, acara dilanjutkan oleh Shibo Junaidi dengan membawakan materi mengenai “Sejarah Kue Bulan”. Shibo Junaidi menjelaskan tentang perayaan kue bulan yang diselenggarakan di banyak negara Asia seperti RRC, Singapura dan Malaysia pada 15 bulan ke-8 kalender lunar. Shibo juga menjelaskan tentang awal mulanya perayaan kue bulan diadakan berdasarkan sejarah dan legenda, yaitu Sejarah Pemberontakan terhadap Mongol, Legenda Chang’e, dan Legenda Kelinci Giok. Pada sejarah pemberontakan terhadap Mongol, dijelaskan bahwa pada saat itu Tiongkok sedang dikuasai oleh Mongol dengan pemerintahan yang kejam, hal ini memicu pemberontakan yang dilaksanakan pada malam festival pertengahan musim gugur. Karena kesulitan untuk menyebarkan informasi, akhirnya mereka menggunakan kue bulan yang diisi dengan catatan tanggal pemberontakan.
Sedangkan pada Legenda Chang’e, dikatakan bahwa pada zaman dahulu terdapat 10 matahari, dan datanglah seorang pemanah bernama Hou Yi yang memanah 9 matahari dan menyisakan 1 matahari saja. Karena hal ini, Hou Yi diangkat menjadi seorang guru dan menikah dengan seorang gadis bernama Chang’e. Kemudian Hou Yi berpapasan dengan Wang Mu Niang Niang dan ia pun meminta obat abadi. Setelah itu, Hou Yi meminta Chang’e untuk menyimpan obat abadi karena Hou Yi ingin pergi berburu. Sesaat sebelum pergi berburu, salah seorang murid Hou Yi mengatakan bahwa dirinya sedang sakit dan ia pun diizinkan untuk tidak ikut berburu oleh Hou Yi, murid itu bernama Peng Meng. Di saat Hou Yi sudah pergi, ternyata Peng Meng hanya berpura-pura agar ia bisa mencuri obat keabadian dari Chang’e. Karena Chang’e tidak ingin obat keabadian jatuh ditangan yang salah ia pun meminum obat itu dan melayang ke bulan, sekaligus menjadi dewi bulan. Pada malam harinya, Hou Yi yang mengetahui hal itu menaruh makanan kesukaan Chang’e di atas altar dan diikuti oleh para masyarakat untuk meminta perdamaian dan keberuntungan.
Kemudian, pada Legenda Kelinci Giok dikatakan bahwa kaisar langit ingin menguji kesetiaan 3 binatang dengan cara menjadi kakek yang kelaparan dan meminta bantuan. Saat berkumpul kembali ternyata hanya kelinci yang belum mendapatkan makanan apapun, ia pun merasa bersalah dan mengorbankan dirinya agar sang kakek bisa makan. Sang Kaisar Langit yang terharu pun menghidupkannya kembali dan menugaskan kelinci tersebut menjadi pembuat obat abadi di kayangan.
Kemudian, tepat pada pukul 09.00 WIB acara dilanjutkan dengan penampilan isyarat tangan yang dibawakan oleh Tim Teratai SMK. Setelah penampilan isyarat tangan, para peserta menyimak tayangan ceramah master mengenai “Menjadi Teladan, Mempraktikkan Kebajikan, Melenyapkan Penderitaan”. Setelah menonton tayangan ceramah master, Gege Kenneth memberikan beberapa pesan yang dapat diambil dari tayangan tersebut, seperti “Kita harus bersyukur karena orang lain dapat saja lebih susah daripada kita dan gunakan waktu dengan benar selagi kita masih dapat melakukan kebajikan.”
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan sesi keterampilan di mana para peserta diajak untuk membuat lampion menggunakan kantong plastik. Sebelum memulai pembuatan lampion, para peserta diberikan instruksi mengenai pembuatan lampion oleh Shigu Eka. Setelah setiap kelompok selesai membuat lampion, ada sesi foto bersama mentor yang dilanjutkan dengan sesi sharing. Pada akhirnya acara ditutup dengan menyanyikan lagu “Cinta dan Damai” dan memberikan penghormatan kepada master.